Rasa Penasaran

Sebelum kamu baca post ini sampai selesai, saya mau bilang kalau post ini sepertinya akan panjang. Hehe..

Saya tidak suka makanan atau minuman manis, kurang suka juga dengan wangi cokelat, tetapi saya suka dengan bolu kukus zebra.

Saya sudah suka kue ini sejak kecil, mungkin karena rasanya yang tidak terlalu manis dan wangi cokelatnya yang tidak eneg. Setelah saya membuat brownies tempo hari (artikel terkait: 1st Brownies), saya jadi kepikiran mau coba membuat bolu kukus zebra ini 😀

Saya mulai googling soal resepnya sampai nonton di youtube juga, baik itu yang proses pembuatannya menggunakan oven atau rice cooker seperti saya. Beberapa artikel yang saya baca mengatakan kalau proses kukus ini memerlukan 4-5 kali pengulangan dari tombol “cook” ke “warm” yang ada di rice cooker. Disitulah rasa penasaran saya ini muncul setinggi-tingginya. Haha..

Resep bolu kukus zebra ini tidak susah, dan saya punya bahan-bahan yang diperlukan. Kali ini saya membuatnya menggunakan sisa margarin yang masih ada karena belum sempat beli mentega. Oya, disini saya juga sengaja menggunakan bubuk Milo bukan bubuk cocoa. Saya juga mengurangi takaran gula pasirnya.

DSC_5055
Adonan yang sudah dimasukkan ke dalam rice cooker

Ketika adonan sudah dimasukkan ke dalam rice cooker, saya mulai tekan tombol “cook“nya. Sekitar 7 menit setelahnya, tombol berubah menjadi “warm“. Langkah yang seharusnya saya lakukan adalah membiarkan adonan saya dikukus di kondisi warm” but I didn’t do that. Saya penasaran. Mosok harus ngulang berkali-kali sampai matang? Rice cooker kan sifatnya seperti kompor, harusnya bisa matang kalau “apinya” dinyalakan. Api yang saya maksud disini adalah tombol “cook” 😀

Jadilah saya mulai tekan tombol “cook“nya sambil nonton berita di TV. Saya sempat mengecek bentuk kuenya di 8 menit pertama, hasilnya masih oke. Lama-kelamaan mulai tercium wangi kue yang memenuhi kamar. Saya mulai senang donk. Memasuki menit ke-30, saya mulai mencium bau yang aneh, antara wangi dan gosong. Saya cek kuenya, kelihatan oke si, tapi kenapa ada bau gosong ya? Wangi si. Lantas saya tusuk kuenya pakai tusuk gigi, ternyata kue sudah matang karena tusuk giginya bersih.

DSC_5059
Kue yang sudah matang

Selanjutnya habis ini kalian boleh loh tertawa karena saya sudah tertawa puas. Bahkan saya masih tertawa ketika mengetik post ini. Kenapa? Soalnya ternyata kue saya memang gosong! Hahaha..

Asli! Saya ngakak banget waktu itu. Ini nih yang namanya “buah dari penasaran”. Hahaha.. Tapi bersyukurnya kue itu masih bisa dimakan setelah saya membuang bagian gosongnya itu.

DSC_5065
Bagian dalam kue

Ternyata warna cokelatnya Milo kurang muncul di kuenya. Bersyukurnya, kuenya masih bisa dimakan dan ternyata rasanya masih enak. Tidak manis tapi tidak pahit. Saya juga bersyukur punya team khusus yang mau makanin kue buatan saya. Hahaha..

Cerita belum berakhir disini. Saya boleh senang karena kuenya masih bisa dimakan tetapi saya kaget juga karena rice cooker saya tidak nyala keesokan paginya. Iya, betul, rice cooker saya tidak nyala ketika saya mau menanak nasi 😥

Sampai malam hari pun rice cookernya tidak mau nyala. Tak mau terpuruk terlalu lama, saya mulai mencari alamat service center rice cooker yang berlokasi di kawasan Kota. Saya juga sempat gugling jenis-jenis rice cooker untuk dijadikan referensi jika rice cooker saya tidak bisa diservis atau biaya servisnya mahal 😀

Singkat cerita, rice cooker yang sudah bersama dengan saya lebih dari 4,5 tahun itu bisa diservis juga. Ternyata garansi rice cooker itu masih berlaku jadi saya hanya perlu bayar penggantian part. So, rice cooker saya itu tidak nyala karena lampu indikatornya rusak. Lampunya rusak karena lempengannya kepanasan. Ada bagian rice cooker yang meleleh juga karena lempengan panas itu. Lempengannya panas karena saya tekan tombol “cook” terus. Hahaha 😀

Waktu servis yang dibutuhkan adalah 1 minggu. Bersyukur sekali. Tidak menyangka servisnya secepat itu. Apakah saya kapok membuat kue setelah kejadian ini? Tentu tidak secara saya bukan tipe orang seperti itu 😛 Lagipula ada beberapa orang yang sudah minta dibuatkan lagi *kibasrambut*

Jadilah saya mulai membuat kuenya lagi tempo hari. Kali ini menggunakan mentega dan bubuk cocoa. Tapi tetap, takaran gulanya tidak banyak. Kali ini saya jadi “anak baik” dengan mengikuti langkah-langkah yang benar. Bukan karena harus ke service center lagi (jika rusak lagi) tetapi lebih karena merasa kesulitan tanpa adanya rice cooker. Tidak bisa nanak nasi atau sekadar memanaskan sayur dan lauk pauk itu cukup menyulitkan saya. Hahaha..

Bagaimana hasilnya?

DSC_5163
Kue yang sudah matang. Tampak lebih berwarna daripada hasil percobaan pertama.
DSC_5170
Bagian dalam kue
DSC_5173
Kue yang sudah dipotong-potong

Jujur sejujur-jujurnya, saya lebih suka kue yang ini. Semuanya berasa passs di mulut. Tidak manis, tidak pahit, teksturnya pas, warnanya oke, dan tentunya wangi. Senangnya lagi kue ini habis engga sampai dua hari karena ada yang doyan. Hanya Diana yang sempat bertanya “mana lemaknya”. Memang sengaja tidak mau buat kue yang berminyak-minyak dan berlemak-lemak Din 😛

Saya sempat buat kue ini lagi untuk ketiga kalinya karena ada yang minta dibuatin lagi. Kali ini takaran mentega bercampur dengan margarin, 50:50. Bubuk cocoanya juga tidak dicampur dengan sedikit gula dan saya juga tidak menggunakan sedikit susu cair seperti yang saya gunakan di dua “eksperimen” sebelumnya 😛

DSC_5191
Kue yang sudah matang. Masih di dalam rice cooker.
DSC_5192
Bagian bawah kue. Saya lebih suka bagian bawah dari eksperimen kedua.
DSC_5197
Tampak dari atas

Saya sempat coba kuenya. Rasanya engga manis tapi lebih pahit. Mungkin karena saya tidak mencampur adonan cocoa dengan sedikit gula. Tapi orangnya suka si. Engga tahu suka karena terpaksa suka atau benaran suka. Hahahaha..

Selama tidak mengganggu orang lain dan selama hal yang saya lakukan itu positif, saya sama sekali tidak kapok untuk mencoba suatu hal baru meskipun mungkin objeknya akan sama. Jika kita tidak mencoba, kita mana tahu apa yang kita suka. Itu prinsipnya saya. #sokidealisdikit 😀

Seperti yang saya bilang di post sebelumnya (artikel terkait: Hectic Week), kegiatan membuat (mengukus) kue sepertinya akan menjadi salah satu “pelarian” saya untuk me-time. LOL.

Sekian cerita di balik pembuatan kue ini. Selamat hari Kamis. Semangat untuk menanti weekend! 😀

Rgds,

Ws 😉

29 comments

    • Aku engga klik tombol “warm” mba, tombolnya akan berubah otomatis dari “cook” ke “warm”.
      Kalau sudah “warm”, diamin sekitar 5-7 menit baru klik tombol “cook” lagi.
      Engga lengket mba, hehe..

      Liked by 1 person

  1. Hebat loh bisa bikin kue pake rice cooker. Yang kedua paling cakep ya. Mungkin kalau mau lebih caem n gak gosong, rice cookernya mesti pakai yg heatnya dari seluruh dinding, bukan bawah aja, lalu yg potnya dari baja jadi lebih merata. Tapi sayang ya, rice cooker yg kayak gitu mahal hahaha. Atau mgkn trik lainnya bisa dikasih parchment paper dulu (kertas roti) kali ya sblm di “kukus”.

    Like

    • Iseng doank ci Le, belum hebat, haha.. Iya aku juga suka dengan hasil kedua. Woh ci, tempo hari sempat lihat-lihat rice cooker yang cici bilang, kekepin dompet deh lihat harganya, hahahaha.. Iya ci, sempat kepikiran mau pakai kertas roti tapi belum sempat beli, haha..

      Like

    • Haha, makasih Mariskaa.. Aku juga suka makan yang mekar itu tapi belum nemuin cara bikinnya kalau pakai rice cooker, haha.. Fungsi Spritenya buat apa btw? Haha, boleeh.. Jadi malu kalau dimintain resepnya 😀

      Like

  2. Wah ada yang gosong, gila itu bikin saya ngakak banget :haha. Ternyata rice cooker bisa dipakai untuk membuat kue juga ya, keren. Bagi saya memang mesti banyak eksperimen, soalnya kalau tidak berani mencoba, tidak bisa dapat hasil yang bagus… jadi semangat terus buat eksperimennya! Pasti bisa menghasilkan kue yang enak-enak :)).

    Like

Thank you for your comments