Bukan sebuah perkara yang mudah untuk membuat post kali ini, sebuah post yang akan diikutsertakan dalam giveaway komunitas IDC. Jika saya boleh berkata jujur, pemicu dari giveaway ini bukan jenis hadiah yang akan diberikan kepada pemenangnya nanti, bukan juga karena ajakan Kak Nik di sela-sela pertemuan kami tempo hari. Giveaway ini sudah berhasil “menggelitik” saya secara pribadi; saya merasa ditantang untuk berpikir lebih dalam daripada yang saya lihat dan pikirkan selama ini.
Tema yang diangkat merupakan sebuah tema sederhana : “Mengapa kamu cinta Indonesia?” tetapi percayalah bahwa saya butuh waktu cukup lama untuk memikirkannya. Saya tidak memikirkan alasan di balik tema tersebut. Saya lebih memikirkan entitas yang menjadi asal-muasal dari semua alasan yang sudah ada atau mungkin akan ada, mungkin semacam skenario drama percintaan bahwa “saya mencintainya karena dia adalah cinta saya” bukan “saya mencintainya karena dia kaya, pintar, dan sukses”.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk menyadarkan saya bahwa sebenarnya saya menyimpan rasa cinta yang begitu besar terhadap Indonesia. Rasa itu tumbuh bukan karena saya lahir dan besar di negara ini, bukan pula karena saya makan dan minum dari hasil buminya, ataupun karena saya masih tinggal disini. Rasa itu muncul dan terpatri dengan begitu baik sebab Indonesia memiliki perbedaan. Bukankah fase mencintai akan memunculkan rasa yang berbeda?
Menurut pendapat saya, segala bentuk perbedaan yang disimpan oleh Indonesia sebenarnya adalah wujud dari kekayaan Indonesia yang belum tentu dimiliki oleh negara lain. Saya diajarkan untuk selalu melihat “isi” hidup saya secara positif meskipun sisi negatifnya terpampang nyata. Jika sisi positif ini dilihat dan dikembangkan, maka segala bentuk perbedaan yang dimiliki oleh Indonesia dapat terus menjadi kekayaan yang positif.
Misalnya dari segi bahasa. Tahukah kita bahwa negara ini menyimpan lebih dari 700 jenis bahasa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke? Di luar angka yang signifikan tersebut, kita masih memiliki Bahasa Indonesia yang mampu menyatukan semuanya. Saya bukan ahli bahasa tetapi saya memiliki minat khusus terhadap bidang ini. Sejak saya kecil, mama sudah bersikeras menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia dalam percakapan kami sehari-hari. Jika dibuat dalam persentase, beliau ingin anak-anaknya menguasai 50% Bahasa Indonesia, 20% Bahasa Teochew, 20% Bahasa Melayu, dan 10% Bahasa Inggris. Pada akhirnya, saya tumbuh dengan mencintai dunia sastra dan pelafalan nada ucapan, terutama Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Mengapa Bahasa Inggris masuk dalam bahasa yang saya tekuni sampai saat ini? Saya mempunyai sebuah mimpi sederhana untuk mengenalkan Bahasa Indonesia kepada orang-orang yang tinggal di luar Indonesia. Untuk mewujudkan mimpi itu, saya menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pembantu. Saya mempunyai pandangan bahwa Bahasa Inggris bukanlah sebuah ancaman tetapi manfaat yang bisa digunakan untuk membantu kita dalam upaya mengenalkan identitas Indonesia kepada dunia luar. Bagi saya, Bahasa Indonesia itu indah dan mudah untuk dipelajari, oleh siapa saja.
Contoh lain adalah soal makanan bernama sambal. Menurut sumber ini, negara asal sambal adalah Indonesia. Disebutkan juga bahwa jenis sambal yang terdapat di Indonesia berjumlah kurang lebih 300 jenis, mulai dari sambal matah, sambal petai, sambal terasi, sambal plecing, sambal bajak, dan sambal-sambal lainnya. Berbagai bumbu yang berbeda mampu menciptakan suatu hal yang sama bernama sambal. Berbanggalah sebab sambal sudah cukup banyak digunakan sebagai salah satu bumbu resep masakan di luar Indonesia.
Fase-fase yang sudah saya lalui selama hampir 30 tahun ini menyadarkan saya bahwa saya memiliki cinta untuk negara ini. “Rumput tetangga memang lebih hijau”, saya juga masih menyimpan rencana untuk berkunjung ke negara lain, terutama Jerman. Saya pun tidak tahu apakah saya akan selamanya tinggal di Indonesia. Namun, satu hal yang pasti adalah saya mencintai negara ini karena ini adalah negara saya. Saya mencintainya melalui berbagai jenis perbedaan yang ada, melalui setiap kekurangan yang dapat muncul kapan saja, melalui keunikan generasi jaman sekarang, dan tanpa paksaan.
Selamat mengulang tahun ketiga, IDC. Terima kasih untuk kesempatan ini dan untuk setiap jejak yang kalian tinggalkan di Indonesia.
Featured image : courtesy of Jimmy Idea.
Rgds,
Ws 😉
Semangat, semoga menang give away-nya. Mudah-mudahan juga kita masih bisa mencintai Indonesia, apa pun yang terjadi. Mungkin saja semua hal buruk yang terjadi di negeri ini bukan karena ini Indonesia, melainkan karena orang-orang yang tinggal di atasnya. Saya juga baru sadar bahwa banyak hal berharga yang tak habis untuk dieksplorasi negeri ini, makanya belum terlalu berminat untuk meneliti benda-benda yang ada di luar kecuali untuk perbandingan (baca: candi) hahaha…
LikeLike
Amin, thank you Gara. Hahaha, kamu itu memang “manusia candi” ya 😀
LikeLike
Semoga menang giveawaynya neng.
Love is in the air 😀
LikeLike
Asyek, love is in the air loo, hahaha. Kiss kiss Nathan hahaha
LikeLike
Asli baca tulisanmu ini bikin aku terharu.
Terima kasih ya Wien. Semoga Menang yaaa
LikeLike
Wah saya jadi ikutan terharu. Amin, terima kasih ya mba Nik
LikeLike
Keren euyyy. Bahasannya menarik.
Nga kepikir kalau sambal dikita itu emang beneran banyak yach ternyata?
LikeLike
Ih, kerenan punyamu ah hahaha.. Iya mba Adel, banyak banget ya, beruntunglah kita punya si sambal ini. Saya jadi ngebayangin tempe goreng dan sambal terasi, huwalah!
LikeLiked by 1 person
Langsung ngumpetin tempe penyet. Harusnya jadi makanan buat bekal siang lihat sambalnya yg menggiurkan jadi dimakan buat sarapan. Lu sich ngomingin sambel jd ngiler dech. Wkwkwk
LikeLike
Asemmmm, gw jadi korban sambal ye ceritanya, hahaha.. Bikinin gw tempe goreng pakai sambal ya, hahahaha..
LikeLiked by 1 person
Ayukkk.. entar yach kalau kita ketemuan lagi.
LikeLike
Sipppp.. Sambal terasi ya.. Hahahaha..
LikeLiked by 1 person
Sippp.
LikeLike
Ngomongin sambal, sdh 2 thn belakangan aku bikin sambal sendiri, krn banyak sambal/saos di toko gak cocok rasanya di lidahku. Pas juga di satu supermarket selalu ada cabe habanero yg panasnya membara. Klo bikin sambal pakai sarung tangan krn pernah nangis2 kulit kena bagian dalam cabenya hehe 😀 Semoga menang ya Wie GA nya.
LikeLike
Wah, bikin sambal apa saja ni mba? Agak susah ya kalau makan sesuatu tanpa sambal, rasanya ada yang kurang. Amin, terima kasih ya mba..
LikeLike
Wien, semoga memang yaaaaa 😄. Kalau aku ngerasa cinta bgt sama Indonesia itu biasanya pas pergi dr Indonesia trus denger lagu indonesia raya atau pas liat barang2 Indonesia hehe. Oya kalau liat kopi juga suka terharu dan pas denger lagu Indonesia Raya di ajang2 perlombaan
LikeLike
Amin mba Noni, makasih yaa, haha.. Ah betul sekali, dengarin lagu Indonesia Raya di ajang perlombaan dunia itu bikin hati gimana gitu ya mba, haha..
LikeLike
namanya juga tanah air beta ya… pasti lah kita cinta indonesia yaaaa…. 😀
LikeLike
Iya ko Arman 😀
LikeLike
menarik,,,
LikeLiked by 1 person
Terima kasih 🙂
LikeLiked by 1 person
iyah sama-sama.salam kenal wien
LikeLike
Salam kenal juga 🙂
LikeLike
Akhirnya ada yang bahas sambaaaal…ahahaha…mau tinggal dimana lagi mba? Anyway tulisannya benar-benar mengalir dan hangat….love this
LikeLike
Dimana ya? Buka peta dulu Fee, haha.. Terima kasih banyak Fee..
LikeLike
Endonesia mah dewanya sambal 😀 hihihi
Btw, tapi serius deh, entah kenapa, setiap kali aku denger lagu indonesia raya berkumandang, rasanya hatiku itu agak gemetar gimana gitu. Syahduuu. Ya, aku cinta Indonesia 🙂
LikeLike
Yoha gemetar ya hahahahaha
LikeLiked by 1 person
Hidup (sambal) Pete!!!! *komen nyampah di sini*
Makasih… dadahhh
LikeLike
Wakakakakaka, rese habissss 😀
LikeLiked by 1 person
Peace Win.
Pete bareng yukk hahahaha
LikeLike
Yuk mari, sok atuh diaturin jadwalnya, hahaha..
LikeLiked by 1 person
Kapan yaaa. Hmmmm
LikeLike
Tulisan yg bagus
LikeLike
Terima kasih! 🙂
LikeLike
Aku cinta Indonesia karena ya Indonesia itu tumpah darahku
LikeLike