“Kamu menikah sekali seumur hidup jadi perayaannya harus bagus, meriah, dan mewah”
Entah siapa yang pertama kali mengucapkan kalimat itu, yang jelas saya sudah sering mendengarnya sejak jaman SMA. Seiring bertambahnya usia, saya menganggap kalimat tersebut lebih ke arah “pemaksaan” daripada “nasehat” karena setiap orang ( di Indonesia ) seperti didoktrin untuk menggelar acara pernikahan besar-besaran.
Tahukah kamu kalau bisnis pernikahan di Indonesia itu memiliki perputaran kapital lebih dari US$ 7 miliar setiap tahun? Jika belum tahu, silahkan klik ini. Anyway busway, post saya kali ini tidak bermaksud menyinggung pihak tertentu yah, ini murni perspektif pribadi 🙂
Bicara soal pernikahan, terus terang saya tidak pernah menginginkan pesta mewah meriah. Alasannya sederhana, saya engga suka ribet-ribet. Pernikahan bagi saya itu cukup pemberkatan dan makan bersama keluarga. Saya kurang suka jika tamu yang tidak saya kenal hadir di big day saya meskipun tamu tersebut mungkin teman orangtua atau teman saudara saya.
Saya mungkin boleh bersyukur karena mama sepaham tentang hal ini karena mama juga tidak suka ribet-ribet meskipun saya anak sulung dan anak perempuan satu-satunya di keluarga. Kalau si papa engga perlu ditanya lagi karena dia ikut-ikut saja. Bersyukurnya lagi S juga sepaham dengan saya.
Sebenarnya saya dan S sudah beberapa kali ke pameran pernikahan apalagi kalau ada promo untuk HTMnya, dan sejujurnya kami berdua tidak ada tujuan tertentu ke pameran itu, hanya iseng-iseng saja, mana tahu ada yang bisa dijadikan bisnis sekalian numpang makan gratis apalagi kalau ke boothnya Christ Iwan 😛 Setidaknya kami berdua tahu bagaimana bentuk pernikahan yang ada di bumi nusantara ini, betapa ribetnya persiapan pernikahannya dan betapa banyak pihak yang berusaha mencari celah keuntungan di balik semua keribetan itu.
Pada akhirnya, semua hal itu membuat kami memutuskan untuk membentuk sebuah konsep pernikahan sendiri, pernikahan sederhana yang hanya dihadiri oleh keluarga dan teman-teman dekat kami. Kami juga tidak mau melibatkan keuangan orangtua karena seyogyanya ini adalah pernikahan kami berdua bukan pernikahan orangtua kami #mulaisokidealis 😀
Satu hal yang menjadi kesepakatan awal antara saya dan S adalah soal biaya. Kami berdua sepakat untuk mengatur segala sesuatunya secara bersama termasuk soal keuangan, dan kami tidak mau meninggalkan utang setelah menikah. Lebih baik menikah apa adanya daripada harus bayar utang setelah menikah. Kami tidak mau utang sana-sini sambil berharap uang angpao bisa menutupi semuanya. Iye kalau uang angpaonya benaran bisa nutupin semua utang, kalau engga bisa gimana? Saya pernah bahas mengenai utang setelah menikah disini 😀
Saya dan S juga tidak mau ambil pusing apa kata orang lain karena – balik lagi – yang menikah itu kami berdua bukan orang lain. Short sharing, saya pernah punya teman yang dulu hampir menikah tapi akhirnya batal total. Ceritanya ketika si pria dan si wanita ( dua-duanya teman saya ) sedang menyiapkan segala sesuatunya, banyak sekali pihak yang merasa sangat penting untuk ikut campur dalam persiapan mereka sehingga mereka berdua jadi bingung dalam menentukan pilihan. Kebingungan tersebut mampu membuat 2 teman saya itu sering adu mulut. Puncaknya si pria tidak sengaja mengucapkan kalimat yang membuat si wanita sakit hati ( katanya sampai sekarang ) and the rest was history.
Jujur saya dan S juga sempat beberapa kali selisih pendapat ketika masih dalam masa-masa persiapan, dan tidak sedikit teman yang bilang kalau itu hal lumrah, pasti terjadi. Tapi baik saya dan S sama-sama berusaha ingat dengan tujuan awal kami kalau kami berniat baik untuk menikah sehingga kami tetap berusaha enjoy dengan prosesnya saat itu. Keluarga saya dan S malah menganggap kami terlalu santai banget. Tidak ada yang diprioritaskan, semuanya dikerjakan secara bersamaan saat itu. Kami sibuk kerja dari hari Senin sampai Jumat dan tidak menggunakan jasa wedding organizer sehingga kami benar-benar memanfaatkan hari Sabtu dan Minggu untuk mengurus semuanya.
Reviewnya nikahan akan dibahas nanti yah. Saya sedang sedih karena tombol “lebih kecil dan koma” ( < , ) di laptop pribadi saya mendadak lepas dan tidak bisa digunakan. Laptopnya memang sudah cukup berumur sih, sudah masuk tahun kesembilan sekarang, tapi kan saya masih tetap cintaaa.. Tadi teman IT saya bilang kalau harga keyboard orinya sekitar 150.000 rupiah, in case jika saya kepikiran untuk ganti keyboard si laptop T______T *kekepdompeteraterat*
So, happy Friday!
Featured Image : dibaca “shuangxi” yang artinya “double happiness”, biasa digunakan sebagai salah satu simbol dekorasi pernikahan.
Rgds,
Ws 😉
Wien, aku telat tahu kamu sudah nikah. Selamat ya Wien untuk pernikahannya. Selalu bahagia, sehat, dan langgeng selamanya untuk kalian berdua.
Betul, menikah harapannya menikah sekali seumur hidup, jadi dibikinnya yang berkesan. Nah masalah kesan ini masing2 orang beda. Kalau ada yang bantuin dan ada dananya, ga papa dibikin besar dan meriah. Kalau kayak aku (sama kayak kamu), bisa ngurusnya cuma weekend aja plus wira wiri Surabaya-Situbondo (karena kawinan di Situbondo), memilih undangan sedikit saja tapi tetap dibuat berkesan, diadakan di halaman rumah. Meskipun sederhana, tetapi bisa guyub sama saudara2 dan teman2 yg datang. Btw, kartupos ga nyampe ya Wien?
LikeLike
Terima kasih banyak mba Deny. Amin untuk semua doanya. Benar mba, kesan itu akan terpatri berbeda untuk setiap orang. Walah mba, aku salut lo wara wirinya dari Surabaya ke Situbondo gitu, hebat! Belum nyampe ni mba T_T
LikeLike
Mo ganti laptop atau keyboardnya ajaaa..? Xixixi 😆
Anyway congrats yah Ci 🙂 Dari dulu aku juga lebih setuju dengan konsep yang sederhana, walaupun mamaku masih maunya mewah sih.. Pake pelaminan. Tapi yaudahlah masih banyak waktu buat diomongin, kerja aja belum, jodoh aja blom ada 😛
LikeLike
Belum kepikiran untuk ganti laptop si Ge, tapi kalau tiba-tiba ada yang kasih Macbook Air gratis si aku ga nolak juga wkwkwkwkw.. Thank you so much Ge. Iya coba dibicarakan dulu saja selagi masih punya waktu panjang, jadi segala sesuatunya masih bisa direncanakan dengan baik hehehe
LikeLike
Kalo aku dapet macbook air gratis lgsg kujual tuh Ci, cari yang user friendly dengan harga terjangkau. Lumayan kan sisa uangnya bisa dpake buat yg lain HUAHAHA dasar otak dagang 😛
LikeLike
Hahahaha, kalau aku dan S memang uda suka si tapi masih kekep dompet erat erat buat beli =))
LikeLike
Ah 150 rb lebih murah daripada beli laptop baru khan. Apalagi ongkos gantinya gratis sama temen IT. Yang penting laptop bisa lancar lagi buat ngeblog #eh.
Shuangxi pokoknya. Hahaha
LikeLike
Hahahaha provokatooooor.
LikeLike
suka kata shuangxi biar kena double happiness kali2 kena shuangxi samaku wien 🙂
LikeLike
Hahaha, amin Win.. Tetap bawa dalam doa juga ya Win, akan indah pada waktunya
LikeLike
Selamat ya Wien dan suami. Aku baru tahu kamu sudah menikah, maaf telat. Nice Wien, pernikahan untuk dan dari kalian. Apa angka 8 ada arti khusus kalau aku boleh tanya?
LikeLike
Thank you mba Yo. Betul mba, kami memang maunya dari dan untuk kami beserta keluarga dekat.
Soal angka 8, sebenarnya angka tsb merupakan permintaan ortu yang disesuaikan dengan tradisi orang Tionghoa. “8” dianggap sebagai angka keberuntungan karena cara menulisnya melingkar dan tidak putus. Selain itu pengucapan angka 8 dalam bahasa Mandarin (ba, first tone) agak mirip dengan kalimat “make a fortune” (fa cai, first and second tone). That’s why angka 8 sangat disukai oleh orang Tionghoa karena dianggap membawa keberuntungan.
LikeLiked by 1 person
pernikahan mau besar atau kecil emang yang penting itu adalah kesepakatan bersama… 🙂
LikeLike
Setuju ko Arman..
LikeLike
Ya ampun sedih banget temen km itu pisah gara2 pusing siapin pernikahan. Komunikasi tuh emang paling penting di sebuah hubungan wien… Aku dan Matthias juga enjoy banget ngurusin pernikahan. Kita berdua juga nggak terlalu ambil pusing selama persiapan, jadinya juga nggak ada cek cok. Hehe
LikeLike
Iya Ta kita-kitanya jadi sedih karena mereka harus pisah begitu, tapi katanya “nasi udah jadi bubur”. Memang harus enjoy si kalau engga pasti bisa ribut besar ya Ta
LikeLike
Setujuuu nikah no ribet! Sayangnya keluarga seneng bener yng namanya ribet 😛
LikeLike
Senengnya pakai banget yah hahaha..
LikeLike
Setujuuuu, gak penting bgt memulai hidup baru dgn hutang
LikeLike
Betul mba, hutang itu harus dijauhi sebisa mungkin haha
LikeLike
nti bilangin tante christ iwan kalau wien nyoba makanan disana tapi gak pake kateringnyaa 😛 hahaha.. akupun suka nyoba disanaaaaa Wien.. hihihi.. wahhh asyik banget bisa dikit gituu barang buat lamarannya.. gak ribet bet bet yaaa… congratss lagi Wien and S..:)
LikeLike
Hahaha enak kan Innn.. Mau pakai cateringnya tapi ga cocok sama venuenya *alasan* 😀
Thank you again In! Iya si mama mama engga mau ribet, khususnya mamaku, engga mau ribet bawa kesini and bawa pulang kesana lagi haha..
LikeLike
aihhh mantap dah mamamnya Wien..
LikeLike
congrats for your wedding! emang di Indonesia paling ribetnya itu karena pernikahan ga sekadar 2 orang sih, tapi antara 2 keluarga, makanya sering jadi kelimpungan sendiri.
LikeLike
Thank you! Sebenarnya menikah itu memang pernikahan 2 keluarga tapi di Indonesia itu keluarganya super besar haha..
LikeLike
btw umur laptopnya sudah 9 tahun berarti lumayan awet, eh awet banget malah hhehehe komennya kurang nyambung..maaf
LikeLike
Ahahaha, iya ni mesinnya masih “awet” dan belinya pakai perjuangan banget dulu jadi belum kepikiran buat ganti. It’s okay, makasih ya sudah comment 🙂
LikeLiked by 1 person
yang paling penting adalah life after marriage nya yahh Wien 🙂
LikeLike
Yes, couldn’t agree more!
LikeLike
Selamat menempuh hidup baru ya..semoga selalu rukun bersama suami dan keluarga besar.
Memang pernikahan itu makin dikomersialisasikan. Di mana2x. Itung2x jd ada mata pencaharian baru. Saya kbtln nikahnya sederhana bgt, di depan loket kantor city hall Rotterdam..hahaha..kawin singkat, cepat dan gratis pula. Gak pake pesta2x -an. Yg penting masih terus bersama hingga saat ini. Mgkn kalu udah 20 tahun bersana baru kita rayain. Lbh punya makna saya kira.
LikeLike
Terima kasih mba Indah. Amin untuk semua doanya. Benar, segala sesuatu menyangkut pernikahan sudah menjadi bisnis yang menjanjikan di Indonesia. Memang tidak perlu mewah-mewah menurut saya mba, yang penting kedua belah pihak sepakat untuk menjalani hidup bersama dengan baik.
LikeLike
Yang pasti sich makna pernikahan lebih penting daripada pestanya kan yach. Duh sedih baca temanmu mengakhiri pernikahan karena tuntutan orang luar.
LikeLike
Setuju, maknanya memang jauh lebih penting. Iya memang sedih si tapi mau gimana lagi kalau nasi sudah jadi bubur.
LikeLiked by 1 person
Kak Wien, aku pembaca baru nih! Ahaha
I feel you banget uuhhh– Tahun depan aku juga insyaallah mau nikah, semoga semua lancar. Cuma ya itu, persiapannya ribet banget apalagi dari keluargaku.. Padahal aku sama pasangan pengennya yang sederhana dan intimate ‘aja. Cuma ya gimana, namanya tradisi dan ortu, jadi pendapatnya harus kami dengar dan hargai //malah curcol
Semoga semuanya lancar buat kakak juga, ya! Thanks for the post, very inspiring ^^
LikeLike
Hai, thank you ya sudah mampir baca and komen disini hehe. Semoga semua hal yang direncanakan berjalan dengan lancar yah. Good luck! 🙂
LikeLiked by 1 person
Makasih kak! Aminnn.. Like wise ^^
LikeLike
Sama-sama
LikeLike