Hai semua, selamat hari Jumat! Yey Jumat lagi! It means weekend! Haha.. Mumpung tugas-tugas awal bulan yang super hectic itu sudah selesai dan mumpung hari ini hari Jumat, topik pembahasannya yang ringan-ringan dulu yah, hehehe 😛
Ide post ini muncul setelah saya berhasil membuat brownies kukus pertamanya saya menggunakan rice cooker. Ada kalimat seperti ini di post tersebut : “saya membeli margarin karena mentega tidak dijual disana. Next turn saya ingin pakai mentega karena kandungannya lebih baik daripada margarin.”
Beberapa teman yang sudah membaca post tersebut sempat bertanya kepada saya, bukannya mentega dan margarin itu sama yah? Hal serupa juga terjadi di kantor saya ketika para ibu-ibu menanyakan resepnya (thank you Mba Vero). Mereka bersikukuh mengatakan bahwa mentega sama dengan margarin, margarin sama dengan mentega. Tak ada beda-bedanya lah! 😀
Dari pembicaraan ringan itu, saya bisa menarik kesimpulan bahwa sebenarnya masih cukup banyak orang yang belum benar-benar tahu kalau mentega berbeda dengan margarin. Oleh karena itu, saya berinisiatif membuat post mengenai perbedaan mentega dan margarin sesuai dengan ilmu yang saya tahu.
Tolong diingat yah, saya bukan ahli masak-memasak, bukan ahli baking juga, baru mulai iseng mencoba belajar baking (itu pun menggunakan rice cooker LOL), jadi saya hanya sharing hal yang memang saya tahu selama ini 🙂
Margarin merupakan salah satu bahan makanan yang dikenal di Indonesia, bahkan ada satu merk margarin yang sudah dikenal sejak dulu. Nasi goreng pakai margarin? Sudah biasa itu. Oles roti pakai margarin? Sudah biasa juga. Buat pudding pakai margarin? Biasa ah. Bakar jagung pakai margarin? Sudah biasa banget. Baking pakai margarin? Sangat biasa. Tetapi perlu diingat, margarin bukanlah mentega. Kedua katanya saja berbeda bukan? Dalam bahasa Inggris, margarin adalah “margarine” sedangkan mentega adalah “butter“.
Mentega adalah salah satu produk turunan susu yang mengandung lemak jenuh cukup tinggi. Lemak jenuh dapat menjadi masalah untuk kesehatan manusia apabila sering dikonsumsi. Saya pernah membaca buku apa gitu yang menjelaskan kalau 1 sendok makan mentega mengandung sekitar 8 gram lemak jenuh, sedangkan asupan lemak jenuh yang masuk dalam kategori “sehat” adalah 10-15 gram per hari. CMIIW 🙂
Sedangkan margarin merupakan produk buatan dari minyak nabati yang sudah melalui banyak proses, mulai dari penyaringan, pemutihan, pewarnaan, dan pemberian penyedap. Dalam prosesnya, margarin akan dipanaskan dengan katalis logam dan gas hidrogen supaya kandungannya menjadi padat. Kalau engga salah ada istilah khusus untuk proses tersebut, tapi saya lupa apa nama istilahnya, hehe.. Proses tersebut akan menciptakan “lemak trans”. Biasanya kandungan lemak trans dapat ditemukan di bagian belakang kemasan produk makanan yang dibeli.
Berdasarkan source ini, lemak trans merupakan salah satu jenis lemak tidak jenuh yang dapat ditemukan di alam namun disintesis secara buatan. Oleh karena jumlah persediaan lemak trans di alam terbatas, maka lemak trans lebih sering diolah secara buatan. Katanya buku-buku yang saya baca dulu, mentega tidak memiliki kandungan lemak trans seperti margarin, yang mana artinya kandungan mentega lebih baik daripada margarin 🙂
Salah satu mama teman saya yang sering membuat kue sering mengatakan hal ini : “kalau mau kuenya wangi, pakai butter. Kalau mau kuenya kokoh, pakai margarin. Kalau tante pakai dua-duanya supaya kuenya tetap kokoh dan lebih wangi”. Oleh karena margarin dibuat dari turunan minyak nabati, margarin tidak akan terlalu wangi seperti mentega. Harga margarin juga jauh lebih murah daripada harga mentega. Selain itu, rasa margarin juga lebih asin daripada rasa mentega, sekalipun menteganya yang salted butter.
Sebenarnya tubuh kita memerlukan lemak makanan untuk menyediakan asam lemak esensial, khususnya lemak jenuh. Akan tetapi, kita memang disarankan untuk tidak mengonsumsi lemak dalam jumlah banyak. Kan ada pepatah, “segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik”, hehe.. Jadi kalau mau sering baking (untuk dikonsumsi sendiri / bukan untuk dijual), mungkin lebih baik jika bahan margarinnya diganti dengan mentega, atau kalau mau lebih baik lagi dua-duanya diganti dengan vegetable oil, misalnya VCO atau olive oil. Sayangnya harga olive oil di Indonesia tergolong mahal 😛
Jadi, lebih suka mentega atau margarin? 😀
Featured image : via
Rgds,
Ws 😉
Aku tidak suka baking (bukan berarti tidak suka kue yah, cuman bakingnya sendiri males), tapi suka butter, terutama yang kadar lemaknya tinggi. Rasanya enak banget kalau dimakan pake roti & cracker, jadi selalu beli butter asli. Untuk tumis2, aku biasanya beli margarin cair.
LikeLiked by 1 person
Ah iya, butter pakai roti dan cracker itu nikmat yah.. Kalau baking itu memang paling malas di bagian cuci mencuci si, hahaha
LikeLike
Lebih suka mentega, lebih gurih rasanya hehhehehe.
LikeLike
Lebih gurih ya? Haha..
LikeLike
Aku suka Butter!! 😀 margarin cuma buat masakan aja.. kyk goreng menggoreng yg cuma butuh sesikit minyak.. 😉
LikeLike
Ah ada yang suka butter juga *toss* Disana harga butternya mahal ga, Ayomi? Kalau disini butter hampir semua impor semua, haha..
LikeLike
Mungkin kalau d kerupiahkan mahal jg.. tp disini harga segtu standar.. jd ga terlalu mahal krn udh makanan sehari2 org sini.. hehehe..
LikeLike
Iya betul pasti jatuhnya mahal kalau dirupiahkan. Thank you Ayomi
LikeLike
Aku suka bikin kue disini pakai butter. Resepnya pakai margarine pun aku tetap pakai butter, soalnya ngertinya cuma itu haha. Kalau numis2 ga pernah pakai margarine, karena baca2 ga bagus. Akhir2 ini aku jarang banget tumis2. Tapi dulu aku pernah makan nasi goreng dirumah tetangga gorengnya pakai merek mentega BB, enak juga ya rasanya gurih dan wangi. Thanks buat tulisannya Wien.
LikeLike
Sama-sama mba Deni. Kayaknya orang luar lebih banyak konsumsi butter ya, hehe.. Iya mba, aku juga sekarang pakai butter untuk baking, mau pakai olive/VCO tapi mahal 😛 btw mentega BB itu apa mba?
LikeLike
Blue Band itu mentega atau apa sih jenisnya? Huahaha jadi siwer sendiri. Kan enak banget itu untuk bikin nasi goreng. Harum dan gurih.
LikeLike
Di iklan dan kemasannya si tertera “margarin” mba Den, hihi..
LikeLike
kalo untuk yg program diet katanya kalo mau panggang2 dan tumis lebih bagus karena katanya rendah lemak daripada margarine 🙂
LikeLike
Iya banyak yang bilang begitu juga, terutama butter mengandung lemak jenuh sedangkan margarin lemak tak jenuh
LikeLiked by 1 person
Lebih suka butter
LikeLike
Singkat padat jelas banget Pujiii, haha..
LikeLike
ahahaa
LikeLike
kalau untuk dinikmati sendiri mmg mantap butter…kalau untuk jualan….nah….
iya VCO mahal
LikeLike
Ahahaha, kalau yang order berani bayar mahal bolehlah pakai butter/VCO/olive 😛
LikeLike
aku lebih suka mentega. Walaupun emang jarang manggang kue, tapi suka beli mentega buat roti 😀
LikeLike
Rasanya lebih pas di roti ya Ira daripada margarin
LikeLike
iya banget Wien!! Cukup deh roti+mentega
LikeLike
Tapi enakan roti gandum + cheddar setengah Ir, wakakakaka *hidupkeju*
LikeLike
wah perlu dicoba tuh wien, aku biasanya roti gandum dioles selai 😀
LikeLike
Itu juga enak Ir! Aku juga kadang-kadang pakai selai tapi yang bangsanya berry berry haha
LikeLike
Iyaa aku biasanya pakai selai strawberry. Enaaakk. Hahaha
LikeLike
Iya hahaha. Asem-asem gitu menyenangkan sekali. Kepingin buat selai strawberry sendiri lagi tapi strawberry lokal lagi kosong terus ni 😦
LikeLike
Banyak yg salah kaprah, Wien.. Jadi terjemahan bebasnya: butter=mentega, margarine=margarin. Cuma di Indonesia semua dibilang mentega. Padahal iklan Blueband aja selalu nyebut itu benda sebagai margarin..😀 Kalo di Australia, butter ya disebut butter, sementara margarin dan sejenisnya disebut spread.. Saya pernah coba spread yg terbuat dari minyak zaitun dan minyak canola.. Enak juga..
LikeLike
Iya mba, banyak banget yang salah kaprah, mengira BlueBand ya mentega. Wah sepertinya enak ya spread campuran minyak zaitun dan canola..
LikeLike
aku biasanya ngikut Matt aja, skr selalu ada di rumah karena dia selalu pakai butter untuk manggang roti hehe
LikeLike
Butter lebih pas rasanya di roti daripada margarin si mba, hehe..
LikeLike
Mentega to the win haha. Margarin rasanya kayak kardus dibanding mentega haha menurutku loh yah…. Kalo makan roti, olesnya pake butter spread (nggak sepadat mentega kotak, jd gampang ngolesnya), buat tumis2 pake minyak aja. Menteganya bener2 buat bikin kue (ini jarang sejarang jarangnya), buat base menumis wangi masakan seperti risotto. Atau dilelehkan buat ngoles ayam panggang biar warnanya cantik, campuran mash potato biar wangiiiii
LikeLike
Wahahaha, rasa kardus loo 😀 Ah iyaaa, mashed potato pakai butter itu nikmaaat sekali rasanya, haha..
LikeLike
mentega aja deh, lebih mudah nyarinya. di warung juga ada. hihihi.
LikeLike
Wah lucky you Grant, warung disana ada yang jual mentega ya? Soalnya disini ga ada warung yang jual mentega. Kalau ditanya ke penjualnya, dikasihnya margarin, haha..
LikeLike
Nggak semua warung, Wien. Hehehe.
LikeLike
Oh hahaha. Sipsip Grant
LikeLike
Lebih suka butter 🙂
LikeLike
Sip mba Fe 😉
LikeLike
Aku sih butter mentega sama sama pakai, tergantung kebutuhan sih 🙂
Kalo numis enakan pake minyak aja. Kalo pake butter atau mentega, pas dingin jadinya gak enak.
LikeLike
Maksudnya yang sama-sama pakai ini butter dan margarine ya mba? Hehe..
LikeLike
Iya, selalu sedia keduanya :). tapi pelan2 udah ngurangin nih hehehe, roti aja lebih pilih di pakein olive oil aja
LikeLike
Wah mantap sekali. Kudu coba ni, roti pakai olive.
LikeLike
Enak kok hehehe apalagi kalo rotinya garing. Khas gitu rasanya, kalo aku sih suka 🙂
LikeLike
Thank you for sharing, nanti aku cobain juga mba, hihi..
LikeLike
Selama di NZ, toast biasanya pake margarin, kalau mash potato pake butter, atau kadang kalau mau toast pake butter, potong tipis2 si butter, pas toast nya kelar, jadi si butter nya bisa lumer di toastnya. Cuma kalau masak, biasanya tetap pake olive oil, jarang pake butter. Kalau di Jakarta yah, Blueband dah hahaha *nyebutmerk
LikeLike
Mwahahahaha, nyebut merk looo 😀 Ah, mash potato pakai butter itu nikmaaat
LikeLike
Hahaha.. And yesss setujuu banget..
LikeLike