Pernah dipaksa untuk kawin? 😀
Saya (kembali) merasakan masa-masa itu, masa-masa dipaksa untuk kawin, hahaha..
Sepertinya bulan Mei, Juni, Juli, Agustus tahun ini merupakan “bulan baik” untuk melangsungkan pesta pernikahan, terbukti dari cukup banyaknya undangan yang saya terima sejak akhir bulan April. Hitung-menghitung, jumlah undangannya ada 8 pcs, tapi jumlah ini belum termasuk undangan di bulan Juli dan Agustus (yang sudah diinfokan oleh empunya acara), dan tentunya tidak termasuk undangan anak Pak Jokowi 😛
The problem is… setiap kali ada teman atau saudara yang married, saya pasti dicecar dengan sebuah pertanyaan flat : “kapan kamu married, Wien?” atau “kapan om dan tante dapat undangan merahnya kamu?” atau “kapan lepas lajang, non? Ingat umur, sudah mau kepala tiga” atau ini atau itu yang intinya sama = “kapan Wiwien married” 😀
Awalnya segala bentuk pertanyaan ini terasa biasa saja di telinga saya, tapi lama-kelamaan saya jadi lumayan risih, haha.. Bukan, bukan risih dengan pertanyaan kapan marriednya (ini jujur loh), tapi risih harus mengulangi jawaban yang sama terus-menerus. Dari yang awalnya “didoakan saja yah” sampai “amin, doain saja ya om dan tante” sampai ke “tergantung Tuhan maunya kapan” dan yang paling update “kapan-kapan hatiku senang”, haha..
Hal yang membuat saya merasa lucu, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak datang dari kedua orangtua saya, tapi mostly dari saudara yang sudah lamaaaaa tidak bertemu atau dari teman biasa (teman yah, bukan sahabat). And hal yang tambah lucu, orang-orang tersebut bertanya dengan nada keukeuh, seolah-olah saya harus nikah saat ini juga atau paling lama seminggu lagi. Wong orangtua saya saja tidak mempermasalahkan kapan anak gadisnya ini nikah, kenapa orang lain sibuk sampai keukeuh begitu? Kalau kurang kerjaan, sini tak kasih kerjaan 😛
But blessing in disguise, saya tetap bersyukur karena masih banyak orang lain yang peduli dengan saya, hahaha..
To be honest, hal yang menjadi prioritas utama dalam hidup saya adalah keluarga, bukan pernikahan. Jadi saya benar-benar tidak ambil pusing dengan hal yang satu itu. Di saat orang lain sibuk “mengingatkan” usia saya yang semakin bertambah tua (tapi mukanya bertambah muda kog, LOL), dan di saat teman-teman saya pusing memikirkan jodoh yang tak kunjung datang, saya malah sibuk menikmati perjalanan hidup saya dengan cara saya sendiri 🙂 *kibasrambut*
Saya masih straight kog, saya masih suka cowo, dan hey, saya masih mau menikah juga. Tapi buat saya pribadi, pernikahan adalah sebuah hal yang sakral, sebuah hal yang tidak bisa dipaksakan oleh siapapun atau apapun, dan sifatnya hanya sekali seumur hidup sampai maut yang memisahkan, amin. Terserah apa kata orang yah, tapi saya memiliki prinsip “lebih baik telat nikah daripada nikahin orang yang salah” 😛
Bagi saya pribadi, persiapan pernikahan bukanlah sebuah hal yang rumit untuk dilakukan. Hal yang jauh lebih sulit adalah proses setelah pernikahan itu sendiri, mulai dari proses menyatukan dua kepala menjadi satu, proses untuk adaptasi dengan sebuah kehidupan baru, proses untuk menautkan komitmen menjadi satu visi dan misi yang sama, sampai ke proses untuk menghargai inti dan makna pernikahan itu sendiri.
Menyukai dan jatuh cinta kepada seseorang bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi mencintai dengan setulus hati dan memperlakukan orang tersebut dengan kasih sayang yang seringkali sulit untuk dilakukan 🙂
Saya sudah cukup sering mendengar kisah pernikahan keluarga dan teman-teman saya – baik itu dari segi positif maupun negatif – dan saya banyak belajar dari semua itu. People do change, seseorang yang kita anggap baik pun bisa berubah menjadi buruk, dan kita tidak dapat menghindari semua hal itu. Setiap orang memiliki ceritanya masing-masing, dan setiap pasangan pun memiliki ceritanya masing-masing. Satu hal yang pasti, semua hal tersebut tidak membuat saya takut dengan pernikahan.
So, kenapa kamu belum menikah, Wien?
Saya belum menikah karena saya masih sibuk mencari orang yang bisa diajak saling bekerjasama dalam menghargai hidup, menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan dapat menuntun satu sama lain ke arah yang lebih baik.
So, jangan paksa saya untuk kawin lagi yah atau saya bakal kasih link ini ke kamu loh 😀
Rgds,
Ws 😉
Ah, akhirnya Wien muncul juga!
Soal kawin-mawin, untungnya umur gue ini belom ada yang nanya pertanyaan kayak gitu. Kalopun ditanya paling gue nanggepinnya juga cuwek. Tapi yaaa jujur aja, mulai banyak peer pressure sih dari temen-temen SMA yang banyak melepas lajang. Kalo udah kayak gitu, gue mikirnya… prioritas orang beda2. Ada yang pengen cepet nikah, ada juga yg lebih milih untuk sendiri dulu dan mencari ilmu atau jalan2 sebanyak2nya kayak gue.
Dan sepertinya yang banyak nanya kapan nikah itu cuma mulut mbleber doang. Sebenernya kalo dipikir mau cari suami itu kan susah. Cari pacar aja susah. Apalagi suami? Harus cari yg bisa diajak kerjasama. Emangnya nikah cuma modal cinta doang?
LikeLike
Iya ni Crys, baru sempat muncul lagi, haha.. Makasih ya sudah mampir.
Iya Crys, setiap orang mempunyai prioritasnya masing-masing karena kebutuhan setiap orang beda-beda.
Kalau aku berpendapat cari pacar itu mudah tapi cari suami yang benar itu yang susaaah, hahaha..
Nah betul tu, memangnya nikah cuma modal cinta doank? 😀
Semoga kamu tidak mengalami peer pressure lagi ya 😛
LikeLike
Kapan married wien? *digaplok gue abis ini, hahhahahaha. Never ending questions in our life ya, uda kawin ditnynya kapan punya anak, uda punya anak ditny kapan mau kasi dede en lain2, ga ada jwbn yg buat puas c penanya. Makin diladenin makin seneng mrk 😦
Enjoy ur life aja dlu Wien sambil menemukan mr. Right for urself 😀
LikeLike
Hahaha. Enggalah, aku mana berani gaplokin yang lebih tua *ups*
Iya ce. Necer ending questions. Senyum itu bisa jadi salah satu cara ampuh buat diamin orang-orang seperti itu. Haha
LikeLike
Link-nya mana? Lha kok saya jadi penasaran :hehe.
Semua orang punya kebebasan menentukan jalan hidupnya masing-masing, karena yang hidup kan dia, bukan orang lain. Pendapat dan pertanyaan orang lain boleh didengarkan, tapi tergantung orangnya juga, apa cuma jadi pendapat atau bisa jadi penentu :hehe. Menurut saya dirimu sudah maklum banget soal ini jadinya lancar saja mengalirnya ya :hehe. Semangat terus buat mencari Mr. Right! :)).
LikeLike
Link yang dimaksud itu link post di blogku ini Bli. Haha..
Flattered jadinya. Engga kog, aku belum maklum-maklum banget sebenarnya.
LikeLike
Oalah :hehe :peace.
LikeLike
“Kapan merid?”
“Mei.”
“Bulan Mei?”
“Meibi next month, meibi next year…”
Kalo ditanya gitu mending kasih senyum aja. Hehehe.
LikeLiked by 1 person
Jawaban yang paling tepat. Hahaha
LikeLike
Hahaha.. Uda praktekin jawaban seperti ini juga ya ko? 😀
LikeLiked by 1 person
Sering kok #kibas poni orang
LikeLike
Hahaha. Ga punya poni si ya makanya kibas poni orang 😛
LikeLiked by 1 person
Iya. Hahahaha
LikeLike
Hai Grant! Yes. Senyum itu salah satu cara jitu untuk mendiamkan mereka yang penasaran. Hahaha
LikeLiked by 1 person
Aku juga udah bikin poatingan beginian, tapi masih mendekam di draft, hihihi saling seringnya ditanya begituan.
LikeLike
Yuk dipublish Fieni. Tar aku baca. Haha..
LikeLiked by 1 person
halo salam kenal 🙂
biasanya yg nanya gitu menurut gw sih karena basa-basi, uda lama ga ketemu n ga punya topic something in common, jadinya menjurus2nya ke ‘kenapa kok blom merit’? Emang bikin males sih jawabinnya, tapi mungkin bisa dijawab lainkali gini: “lha gimana calonnya aja belom ada, apa kamu ada calon??” hahahhaa todong balik 😛
LikeLike
Hai juga. Thanks for reading ya 🙂
Emm iya, mungkin basa basi yang tidak berbobot seperti ini diperlukan juga untuk memulai topik pembicaraan baru yah. Haha..
Nah, kalau misalnya calon sudah ada tapi memang belum berencana married, apa donk jawabannya? 😛
LikeLike
Begitulah model basa-basi orang kita hehe. Klo Wien belum ada calon. Bilang aja ke yg suka basa basi misalnya “tolong cariin calonnya ya tante, cowonya yg cakep, banyak duit, sering jalan2 ke Ln, karir gemilang, dan klo tante sdh dapat minggu depanpun aku kawin deh” 😆 .
LikeLike
Hahaha.. Aku pernah ngomong begitu Mba Nella, habis itu dikomentari lebih panjang, engga boleh jadi cewe matre, engga boleh jadi cewe yang banyak syaratnya, engga boleh ini, engga boleh itu..
LikeLike
Halo salam kenal..:)
LikeLike
Hai, salam kenaljuga Adelin 🙂
LikeLiked by 1 person
Mbak wien,aku boleh mnta pin bbm ato nmor whatsapp nya gk mbak?
LikeLike
Wah ada apa ni Mba? Hehe..
LikeLike
Ga ada,mau tnya ttg blog bgini sama mba..boleh gak mbak
LikeLike
Via e-mail saja Mba, hehe..
LikeLike
Ga bisa mba..hehe..boleh mnta ga mba.
LikeLike
Keponya ngga enak ya, Mbak.. 😦 Yah, yang penting bahagia ya. Apalagi memilih suami itu ngga kayak pacal, ngga bisa maen-maen. Kan pengennya nikah sekali seumur hidup.. 😀
LikeLike
Iya Beby, kita harus mengakui kalau manusia jaman sekarang lebih suka kepoin orang lain tapi engga suka dikepoin.. Hahaha..
Even untuk milih pacar pun kalau bisa tidak main-main si. Rasanya waktunya terlalu sayang kalau dibuang untuk main-main saja, hehe..
LikeLike
Itu #PertanyaanNgeselin yang saya tulis sebelumnya. Hahahaha. Memang susah yaaa. Apalagi pas mudik. Saya juga mention di tulisan tentang mudik kemarin.
LikeLike
Hai, thanks sudah membaca dan comment disini. Nanti saya baca tulisannya yah! 🙂
LikeLike