March 28, 2014.. Okeh, hari kedua sudah tiba. ( Hari pertamanya baca disini ya kakak 😀 )
Sebelum dijemput oleh driver yang sudah disiapkan oleh pihak hotel, saya dan partner-in-crime menyempatkan diri untuk sarapan dulu di resto hotel karena jadwal hari ini akan dimulai dengan water sport. On our way, saya sempat mengambil beberapa foto.


Penasaran dengan bentuk restorannya? Monggo kursornya discroll ke bawah 😀

Jadi, what’s the menu for our breakfast?

Sebenarnya masih banyak menu sarapan lainnya seperti foto sebelah kanan yang saya ambil di mbah Gugel, tetapi saya dan partner-in-crime tidak terbiasa makan banyak di pagi hari, yang penting perutnya sudah diisi dengan makanan dulu. By the way, foto dari mbah Gugel itu persis banget seperti tampilan asli di restorannya, termasuk lukisan-lukisannya. Haha..
Kelar sarapan, saya dan partner-in-crime kembali ke kamar untuk mengambil tas dan minuman sebab kami sudah ditunggu oleh driver di lobby hotel. Nah, drivernya kali ini bukan Pak Gin lagi, tapi penduduk asli Bali yang bekerja sebagai freelance tour guide + driver, namanya Bli Wayan. Orangnya ramah sekali, very talkative, dan disiplin dengan waktu. Kalau sudah janji berangkat jam 8 pagi, ya berangkatnya jam 8 pagi, bukan jam 8.15 pagi. Orangnya juga sangat informatif dan tahu seluk beluk tentang Bali. FYI, Bli Wayan berasal dari Tabanan.
So, our first destination was Tanjung Benoa di Nusa Dua. Kami mau main water sport disana sesuai dengan itinerary yang sudah disiapkan oleh pihak hotel. Untuk menempuh perjalanan ini, kami melewati Tol Bali Mandara yang baru selesai dibangun beberapa waktu yang lalu.
Sekilas mengenai Tol Bali Mandara, saya pribadi cukup mengikuti berita atau informasi mengenai tol ini. Mengapa? Karena bagi saya, tol ini begitu istimewa. Kata “istimewa” sebenarnya tidak begitu mengada-ada sebab tol ini merupakan tol pertama di Indonesia yang dibangun di atas laut – tepatnya di atas Teluk Benoa – selama kurang lebih 15 bulan.
Panjangnya kurang lebih 12,7 km dengan 10 km di atas laut. Istimewa lainnya karena tol ini merupakan maha karya anak bangsa, hasil konsorsium 7 BUMN ( kalau engga salah ) di bawah koordinasi PT Jasa Marga Bali, dan dibangun dengan konsep “Green, Strong, Beautiful“. Sekali-kali boleh donk bangga sedikit dengan negara sendiri, haha.. Kelebihan lainnya, tol ini dapat dilintasi oleh motor, tidak hanya oleh mobil. Nama “Mandara” sendiri merupakan singkatan dari MAju, amaN, DAmai, sejahteRA.
But well, setiap hal selalu memiliki dua sisi, sama halnya dengan tol cantik ini. Salah satu acara di TV swasta nasional pernah melakukan review. Beberapa kaum nelayan di Benoa menganggap pembangunan tol ini akan memberikan efek buruk untuk habitat ikan dan pertumbuhan mangrove disana. Belum lagi mengenai isu reklamasi Bali yang timbul sejak pembangunan tol ini. Semoga saja segala bentuk isu tersebut dapat segera diselesaikan oleh pemerintah kita karena bagaimanapun juga manusia harus tetap menjaga dan melestarikan alam supaya hidup manusia dan makhluk hidup lainnya bisa tetap seimbang.
Tapi asli, tolnya cantik sekali. Unsur dari Bali itu sendiri tetap ditonjolkan di tol ini.


Okeh sodara-sodara, lepas dari Tol Bali Mandara, sampailah kami di Tanjung Benoa. Bli Wayan mengarahkan kami ke salah satu penyedia water sport disana, namanya BMR.
Benoa panas engga? Panas donk, tapi masih bisa ditolerir kog, yang penting jangan lupa pakai sunblock saja ( saya yang engga suka pakai lotion pun jadi wajib pakai deh )
Benoa cantik engga? Cantik donk, secara bisa melihat langit yang warnanya biru sekali dan tidak ada kabel listrik di pantainya, ya pasti tak bilang cantik.
Kamu main parasailing? Oh tentu tidak, saya kan takut ( baca : fobia ) dengan ketinggian jadi belum berani untuk main itu. Foto di atas cuma foto iseng saja 😀
Jadi kamu napain saja di Benoa? Emm, saya hanya ber-bananaboat kakak..
Kog hanya banana boat? Kan masih banyak yang lain, misalnya jet ski, flying fish, rolling donut, sea walker, and wakeboard. Iya kak, soalnya pihak hotel hanya menyediakan banana boat untuk kegiatan water sportnya. Sebenarnya ingin coba sea walker si, cuma biayanya mahal. Next time deh 😀
Kalau cuma banana boat, itu foto kapal apa? Nah, karena dimupengin oleh salah 1 partner-in-crime, saya jadinya kepikiran untuk ke Pulau Penyu di seberang sana. Partner-in-crime yang 1 lagi oke-oke saja, Bli Wayan juga oke dengan ide kami, tapi kami harus bayar biayanya sendiri karena tidak termasuk dalam budget pihak hotel. Yawis, ora popo, saya kan punya para partner-in-crime yang jago nawar 😀
Kalau foto yang di bawah ini adalah foto si Bli ( lagi-lagi, saya lupa nama Blinya siapa ) yang membawa kami ke Pulau Penyu. Lucunya, si Bli ini mengira saya dan partner-in-crime berasal dari Tiongkok ( bangga dikit 😀 ), dan dia cukup kaget ketika kami berbicara dalam bahasa Indonesia. Haha..

Hello Pulau Penyu!

Nah, di dalam Pulau Penyu isinya engga hanya penyu saja, tapi ada juga ayam, kelelawar, kadal, beberapa jenis burung, dan ular..
Di Pulau Penyu ada semacam tempat makan yang bisa dipakai oleh para turis untuk melepas lelah sebentar. Nah, di dalamnya ada lapak-lapak penjual baju bali, celana bali, gantungan kunci, asbak dengan motif kerang atau penyu, dan hiasan seperti ini.
Awalnya saya ingin membeli asbak dengan motif kerangnya ( saya lupa foto, sorry ), tapi engga jadi karena harganya mahal BANGET! Seriusan mahalnya. Saya dikasih harga IDR 400.000 untuk sebuah asbak kecil seperti itu, yang kata salah satu partner-in-crime saya, harganya hanya sekitar IDR 100.000 di toko dekat hotel kami.
And it’s time to leave the place. Saya baru ingat kalau saya belum punya foto pintu masuk “Welcome To Turtle Farm”nya, dan ketika saya mau mengambil fotonya, para penjaga pintu ikutan narsis, haha..
Goodbye Bli, thanks karena sudah diantarin ke Pulau Penyu 🙂
– bersambung – to be continued –
Rgds,
Ws 😉